Setiap 28 Oktober diperingati setiap tahun sebagai hari sumpah pemuda. Dimana waktu itu para pemuda dengan latar belakang berbeda-beda mengucap sumpah : satu tumpah darah, satu bangsa, dan berbahasa satu yakni bahasa Indonesia. Sebuah momentum pra kemerdekaan Ibu Pertiwi keluar dari kolonialisme dan penyatuan tekad meniadakan identitas keakuan menjadi kekitaan. Tiada pribumi dan non pribumi hanya rakyat Indonesia.

Sejarah telah mencatat pergerakan pemuda dalam menginisiasi kemerdekaan Republik Indonesia. Perbedaan tidak menjadi jurang yang memperlebar identitas mereka. Semangat tersebut menyatukan pemuda dari berbagai pelosok negeri, berbagai suku,ras dan agama menyatakan satu Tanah Air, satu Bahasa dan Satu Bangsa untuk bersepakat dalam satu Indonesia.

Pemuda selalu tentang semangat perubahan, perjuangan, dinamika, dan idealisme. Kiprah pemuda disetiap zaman kian melekat karena berbagai momentum bersejarah di banyak irisan ruang dan waktu. Sebut saja diantaranya momentum 1908, 1928, 1945, 1966, 1974, dan 1998 pemuda selalu bergerak mencipta dan merebut momentum.

Tonggak ini dapat kita maknai sebagai wujud integritas pemuda dalam memberikan kontribusi nyata.  Ikut memperjuangkan kemandirian dan kemerdekaan yang saat ini mulai pudar dari jati diri anak bangsa. Kita saat ini  lebih sering memperlebar pertentangan, individualisme dan egoisme menjadi dasar bergerak, sehingga hanya kelompok dan golongannya yang paling benar. Argumentasi menjadi alat agitasi yang saling menjatuhkan satu sama lain.

Saat ini indonesia sedang dilandai krisis karakter.  Berbagai permasalahan melanda indonesia, salah satunya degradasi moral bangsa, pengaruh narkoba, korupsi kolusi dan nepotisme. Seakan sudah terbiasa hal tersebut karena hampir setiap hari berita ini ditayangkan televisi dan surat kabar. Pemudi Indonesia adalah aset berharga yang perlu dipelihara positifmenjadi subjek pembangunan, bukan disuguhkan tontonan perebutan kursi atau sinetron bertuhan rating.

Hal-hal yang kini melahirkan pemuda konsumtif tak produktif Hal inilah yang menyebabkan indonesia hanya maju ditempat. Sedangkan negara lain terus mengembangkan potensi dengan mengedukasikan pemuda dan generasi penerus yang siap bersaing dalam era globalisasi dan mempunyai ilmu dan pengetahuan yang berperan dalam kancah dunia.

Lebih dari 40% dari seluruh pemilih di Indonesia pada pemilu 2019 adalah pemuda.  Besarnya angka itu hanya dijadikan komoditas politik oleh elit. Mereka tanpa peduli mau dijadikan apa pemuda pemudi indonesia di masa depan.

Momen ini bukanlah hal yang kedudukannya sekedar menjadi selebrasi setahun sekali. Selain mengingat, memaknai adalah proses yang tak kalah penting. Dalam memaknai Sumpah Pemuda, bukan sekedar tiga baris pengakuan yang  “satu”. Sumpah pemuda dan setiap butirnya membulatkan makna bahwa Bhineka tunggal Ika adalah mutlak pemersatu bangsa. Pemaknaan hingga penerapan nilai haruslah diresapi dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, tidak cukup hanya satu hari saja.

Pemuda perlu dipahamai dalam berbagai terminologi yang menjelaskan peran dan fungsi sosialnya di masyarakat. Dalam pengertian ideologis, pemuda identik dengan spirit perubahan revolusioner, heroisme, idealisme dan sebagainya, fungsi sosial pemuda membentangkan ruang pergerakan teramat luas yang butuh semangat dan energi muda. Identifikasi inilah yang membuat pemuda menjadi pengemban ‘mitos’ sebagai pemimpin generasi masa depan bangsa

Beberapa tahun yang lalu atau mungkin juga hari ini, ketersediaan pemimpin organisasi, instansi pemerintah maupun swasta, dan perusahaan-perusahaan bisnis masih didominasi oleh segelintir keturunan dan golongan, kelompok, maka kedepannya betapa penting peran pemuda sebagai “iron stock”.

Penulis  menyadari bahwa sebagai agen perubahan, pemuda harus membuang jauh-jauh sifat acuh, budaya instan, dan menjadikan diri terbiasa pada pertanyaan,”apa sih yang sudah saya berikan untuk negara?”. Pemuda adalah yang selalu menunjukkan rasa ingin tahu. Pemuda harus menyadari kedudukan dan bermanfaat. Mematrikan hati untuk tidak takut menyampaikan aspirasi. Tentu saja mengemukakan pendapat yang bebas tanpa kebablasan.

Ada dua kebiasaan yang kini mulai berkurang di kalangan pemuda : membaca dan berdiskusi. Padahal, dua hal inilah yang memengaruhi kualitas seseorang. Dua hal ini juga akan melatih ketajaman berpikir, analisis, serta masuknya pengetahuan, wawasan, dan inspirasi. Tentunya masih ada memang yang gemar membaca dan berdiskusi, namun jumlahnya sedikit.

Di momen 90 tahun Sumpah Pemuda, sudah saatnya pemuda Indonesia kembali memaknai Sumpah Pemuda sebagai refleksi atas eksistensi pemuda di masa lalu yang menyatukan diri l untuk bangsa dan negara. Indonesia kini “katanya” sudah merdeka, namun semangat Sumpah Pemuda jangan sampai luntur, mungkin hanya tujuannya yang sedikit berbeda, tujuannya kini bagaimana agar bangsa ini bisa jauh lebih baik dan bermartabat.

Dengan segala potensi, kekreatifan, semangat dan keaktifan para pemuda, Indonesia tentunya harus bisa menjadi negara yang maju dan berkembang pesat.

Penulis : Kelvin Aldo-Aktifis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bengkulu 

You may also like

Leave a Comment