Kawalnews.com – Menelaah tiori sosisologi, antropologi dan arkeologi mengajarkan, “Peradaban mahusia itu selalu berawal dari kehidupan sekelompok manusia dipesisir pantai atau sungai dan selanjutnya berkembang menjadi komunitas masyarakat yang semula homongen menjadi hetrogen”.
Perjalanan panjang Negeri Nusantara ini, menunjukan ada dua negeri yang pernah dikunjungi Bangsa India dan China pada eksodus pertama pada Tahun 264 hingga 195 Sebelum Masehi. Negeri pertama yang dikunjungi itu adalah Phalimbham di Banten dan Lu-Shiangshe di Bengkulu. Dua negeri menghasilkan emas yang ditemukan bangsa pendatang.
Paling tidak tiga alasan secara geologi dan geografis mengapa dua negeri itu didatangi bangsa lain. Pertama mencari tambang emas. Kedua, perpindahan penduduk, akibat bencana alam. Baik vulkanis maupun tektonis, akibat terjangkitnya wabah penyakit dan perang. Ketiga meningkatnya hubungan perdagangan.
Jauh sebelum itu, dalam kitab Taurat, (600 sM) mengisahkan bahwa Nabi Sulaiman AS pernah memerintahkan pelaut Phoenisia berlayar keseluruh penjuru alam, untuk mencari emas (Ophir). Kisah pencarian emas ini juga tertuang dalam Kitab Hinddu di Hindustan, pada Syair Ramayana berbahasa Sangsekerta yang ditemukan pada Tahun 72 Masehi atau 106 tahun, setelah kelahiran Nabi Isa AS.
Dalam syair itu dikatakan, “Periksalah baik-naik Javadviva yang mempunyai tujuh buah kerajaan, yaitu Pulau Emas dan Pulau Perak, negeri yang dihiasi pandai emas”.
Tujuh Kerajaan atau negeri itu: 1. Phalimbhan di Banten. 2. Lu-Shiangse di Bengkulu. 3. Chalava atau Tarumanagara di Jakarta. 4. Kutai di Kalimantar Timur 5. Malayu Tulang Bawang di Lampung. 6. Malayu Crivijaja di Sumatera Selatan dan 7. Malayu Cri Indrapura di Riau.
Penulis : Benny Hakim Benardie