Kawalnews.com – “Kemarin paman datang Pamanku dari desa Dibawakannya rambutan, pisang Dan sayur-mayur segala rupa” (Penggalan lirik lagu “Paman Datang” karya A.T Mahmud.
Penggalan lagu tersebut, mengingatkan kita akan buah-buahan dan sayuran yang merupakan ikon tanaman hortikultura yang memang lebih banyak dihasilkan di perdesaan.
Buah-buahan dan sayuran juga merupakan produk makanan pelengkap yang termasuk dalam kelompok makanan empat sehat.
Selain buah-buahan dan sayuran, terdapat pula tanaman biofarmaka dan tanaman hias yang termasuk dalam kelompok hortikultura.
Hortikultura sendiri merupakan bahasa latin yang yang terdiri dari kata “hortus” yang artinya kebun, dan “culture” yang berarti bercocok tanam.
Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran, obat-obatan (biofarmaka), dan tanaman hias.
Produk hortikultura merupakan salah satu komoditi pertanian yang mempunyai potensi serta peluang untuk dikembangkan sehingga menjadi produk unggulan yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Bengkulu merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang berpotensi dalam budidaya tanaman hortikultura.
Dari segi iklim, Bengkulu memiliki iklim tropis. Sementara itu, dari segi kesuburan tanah, Bengkulu dilimpahi berkah kesuburan tanah yang dapat mendukung tumbuhnya berbagai macam tumbuhan, khususnya tanaman hortikultura.
Potensi budidaya tanaman hortikultura memberikan dampak terhadap geliat ekonomi di Provinsi Bengkulu.
Hal ini nampak dari kontribusi subsektor hortikultura terhadap perekonomian di Provinsi Bengkulu. Data BPS Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa pada tahun 2021, kontribusi subsektor hortikultura pada PDRB Provinsi Bengkulu adalah sebesar 3,53%.
Selain itu, meskipun masa pandemi covid-19, laju pertumbuhan subsektor hortikultura selalu positif. Data BPS menunjukkan bahwa laju pertumbuhan subsektor hortikultura di Bengkulu adalah 0,68% pada 2020 dan meningkat menjadi 2,42% pada 2021.
Padahal, laju pertumbuhan subsektor tanaman pangan adalah -1,02% pada 2020 dan -0,58% pada 2021. Artinya, subsektor ini cukup tahan menghadapi lesunya ekonomi di masa pandemi covid-19, jika dibandingkan subsektor pertanian tanaman pangan.
Sementara itu, cabai merah yang merupakan tanaman hortikultura termasuk 10 besar komoditas yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi di Bengkulu pada April 2022. Bahkan, pada Maret 2022, cabai merah menduduki peringkat pertama dengan andil terbesar terhadap inflasi.
Di sisi lain, tingkat kesejahteraan petani hortikultura pun tak luput dari perhatian kita. Salah satu indikator proxy untuk mengukur tingkat kesejateraan petani adalah mengetahui besaran Nilai Tukar Petani (NTP). NTP dihitung dari rasio harga yang diterima petani terhadap harga yang dibayar petani. NTP dapat diartikan sebagai rasio antara penerimaan dari komoditas pertanian yang mampu dijual petani, dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi komoditas tersebut.
Berdasarkan data BPS, rata-rata NTP subsektor hortikultura pada Januari-Desember 2021 di Bengkulu adalah 100,55%. Artinya, penerimaan dari komoditas hortikultura yang dijual petani lebih tinggi atau hampir sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya.
Tingkat keberhasilan tinggi, dapat berbuah di luar musim, mudah dipindah, dan dapat dikembangkan di berbagai lahan merupakan beberapa keuntungan dalam budidaya tanaman hortikultura. Selain itu, tanaman ini pun bisa dibudidayakan pada lahan sempit.
Meskipun pada umumnya bercocok tanam hortikultura ini menggunakan lahan atau area yang luas.
Bercocok tanam di pekarangan rumah, baik dengan bertanam di polibag atau pot maupun bertanam dengan system hidroponik salah satunya.
Bahkan di Bengkulu, sudah banyak yang membudidayakan sayuran dan buah-buahan menggunakan sistem ini. Perawatannya pun cukup praktis. Menanam di polybag yang telah diberi pupuk, hanya perlu disiram jika musim kemarau dan tak perlu disiram jika musim penghujan.
Sementara menanam dengan sistem hidroponik, hanya perlu mengganti air setiap empat hari sekali dan menambahkan larutan nutrisinya.
Dengan perawatan yang baik, hasil panen pun dapat dinikmati dengan cepat dan berkualitas. Masyarakat tidak perlu membeli mahal sayuran dan buah-buahan, cukup memetik dari pekarangan rumah sendiri.
Dengan demikian, seiring perubahan gaya hidup dan pola konsumsi yang semakin dinamis, penyediaan bahan pangan yang aman dikonsumsi terus meningkat. Termasuk dalam penyediaan produk hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan berkualitas, segar, dan bebas residu pestisida kimia.
Oleh sebab itu, strategi baru dalam pengembangan hortikultura, diantaranya melalui pemanfaatan lahan pekarangan, perlu dikembangkan.