Pesta Peluncuran Novel “Cita-cita Titik Dua Petani!” karya Kanti W. Janis
“Siapa punya cita-cita jadi petani? Siapa yang mau anaknya jadi petani? Siapa mau bersahabat dengan petani?”
Tiga pertanyaan di atas dibacakan MC Ade Andrini sebagai pembuka pesta peluncuran novel “Cita-cita Titik Dua Petani!” karya penulis sekaligus advokat Kanti W. Janis.
Sesuai judulnya, novel ini menceritakan kisah seorang remaja jenius bernama Tama dengan cita-cita menjadi petani.
Selain Tama sebagai tokoh sentral, ada juga Randy yang mau jadi komikus, lalu Menik bermimpi jadi bintang film. Cita-cita yang tidak biasa itu menyatukan mereka, hingga tanpa terencana menjadikan mereka pendobrak sistem pendidikan otoriter, begitu sinopsis singkat dari Sheila Publisher, Group Penerbit Andi Yogyakarta.
Pesta peluncuran dilaksanakan Sabtu, 28 Januari 2023 malam, secara hibrida melalui Zoom Live Instagram dan tatap muka di Baca Di Tebet, sebuah perpustakaan publik dan ruang temu yang didirikan oleh Kanti dan Wien Muldian. Ruang publik itu dibuka untuk umum sejak 20 Februari 2022, sekaligus kantor agensi naskah Indonesian Writers Inc. (IWI), di bawah Koperasi Penulis Bangsa Indonesia.
Ketika memasuki lokasi acara, sejak awal para tamu sudah dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan menggelitik dan reflektif terpampang di berbagai sudut ruang. Misalnya pertanyaan seperti: “tulis sejujurnya, jika uang bukan masalah, ingin mengerjakan apa? Ingin melakukan apa?”
Wien Muldian, sebagai direktur agensi IWI, tertarik mengajak Penerbit Andi Yogyakarta untuk menerbitkan naskah novel Kanti. Ia melihat bacaan tentang impian, keinginan dan kegelisahan remaja usia SMP yang menjadi kekuatan cerita, jarang ada di buku-buku fiksi terbitan Indonesia.
Di acara peluncuran novelnya, Kanti mengajak pakar pendidikan anak usia dini Agung Cahya Karyadi atau dikenal juga sebagai kak Cahyo Sastrowardoyo untuk membacakan cukilan novel “Cita-cita Titik Dua Petani!”. Cahyo membawakan dengan format monolog, sehingga berhasil menarik penonton ke kelas Tama dan kawan-kawannya di SMP Nusantara Yogyakarta, tahun 90an.
Menyaksikan cukilan itu menjadi cermin bagaimana pekerjaan petani dimarginalkan di Indonesia, dianggap sebagai pekerjaan rendahan erat dengan kemiskinan. Padahal profesi itu sangat esensial, sebagaimana kutipan yang disertakan pada novel dari mendiang Roy B.B. Janis, ayahanda Kanti, “petani harus diutamakan, karena petani memberi makan bangsa…”
Meski terkesan cerita ringan untuk segala usia, sebenarnya tersirat banyak gugatan kehidupan bernegara dan bermasyarakat di Indonesia. Lebih lanjut Kanti menyampaikan berbagai kegeraman terhadap sistem pendidikan di Indonesia yang begitu pragmatis, impor pangan berlebihan, konversi lahan pertanian dan hutan menjadi pabrik dan tambang, kepada senior Kompas Sarie Febriane pengampu diskusi buku.
Kanti berharap novel ini menjadi pintu masuk ke dalam diskursus isu-isu penting dan sensitif terkait masa depan Indonesia yang selama ini terlewatkan. Seperti minimnya regenerasi petani dan rusaknya alam karena investasi tak terukur.
Kanti memahami berbagai isu tersebut karena ia terlibat langsung dalam berbagai perjuangan penegakan hak asasi manusia dan penyelamatan lingkungan, di antaranya penyelamatan pegunungan Kendeng Utara, Jawa Tengah dan kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.
Harapan tersebut sepertinya tercapai, karena peserta yang hadir ikut terlibat aktif dalam diskusi, menyampaikan permasalahan dalam sistem kebijakan pangan dan pendidikan Indonesia, diantaranya adalah petani muda Agung Wibowo dari Boyolali, Muhammad Insan Alfath dari Bandung, serta Endang Yuli, seorang guru di Jakarta, dan Ulfah Mawardi, doktor bidang pendidikan anak usia dini.
Tampak juga tokoh-tokoh nasional di antara tamu, budayawan Romo Mudji Sutrisno dan Debra Yatim, pianis Ananda Sukarlan, penulis/sutradara Sekar Ayu Asmara, penulis Kurnia Effendi, penyanyi Mia Ismi dan Haikal Baron, serta ketua Gerakan Fermentasi Nusantara (Fermenusa) Bambang Britono.
Kemeriahan acara semakin lengkap dan meriah ketika Kanti menyanyikan dua lagu tema “Cita-cita Titik Dua Petani !” ciptaannya dengan judul, “Anak Nakal” dan “Kaki Tangan”, diiringi permainan gitar Randa Oktovandy
Setelah peluncuran novel di Jakarta, Kanti akan mempromosikan karyanya dan berdiskusi dengan para pembaca di 12 kota di Jawa sepanjang bulan Februari tahun ini.