BENGKULU – Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Wilayah Bengkulu mengadakan Akademi Digital Lansia, yang diikuti 100 lansia, yang dilaksanakan di Aula Akademi Keperawatan Unib, Jum’at, (10/3/2023).
Peserta yang datang merupakan perwakilan dari beberapa organisasi seperti PKK Provinsi Bengkulu, Aisiyah, Fatayat NU, PKK Kota, BKMT Kota dan JPBB.
Selain itu ada perwakilan dari CP WCC, Payung Besurek, KJS Talang Kering, KJS Beringin Raya dan KJS Padang Harapan.
Dalam mengikuti Akademi Digital Lansia, peserta dibagi menjadi 9 kelompok yang kemudian didampingi oleh 9 fasilitator dari Mafindo Wilayah Bengkulu. Peserta mendapatkan penjelasan langsung materi yang diberikan dan dipandu melakukan praktek cek fakta.
Koordinator Wilayah Mafindo Bengkulu, Dr. Gushevinalti M.Si, saat membuka Akademi Digital Lansia, mengatakan berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, dari 270,20 juta jiwa, 11,56% merupakan kelompok Baby Boomer (55-70 tahun).
Laporan dari Internet World Stats tahun 2022 mendapatkan jumlah pengguna internet Indonesia sudah mencapai lebih dari 76,5% dari total populasi. Survei Katadata Insight Center (KIC) menemukan bahwa Gen Z (13-22 tahun) memiliki tingkat literasi digital tinggi.
“Sayangnya hanya 28% Baby Boomers yang memiliki indeks literasi digital tinggi”, katanya.
Sebagai digital immigrant, lansia lahir dalam situasi di mana media digital belum ada. Kemudian, mereka harus ramai-ramai pindah ke dunia yang sepenuhnya digital.
“Kebiasaan maupun budayanya, jelas sangat berbeda. Perhatian terhadap permasalahan warga lansia dalam penggunaan media digital sangat rendah”, katanya.
Gushevinalti mengatakan, program peningkatan kapasitas literasi digital sebagian besar tercurah pada kaum muda, kalangan profesional, atau kelompok produktif lainnya.
“Warga lansia kerap menjadi target terakhir dalam gerakan literasi digital, baik di level lokal maupun nasional”, katanya.
Dalam keadaan dilematis seperti ini, warga lansia akhirnya kerap menjadi sasaran penyalahgunaan perangkat digital. Hambatan interpersonal, struktural dan fungsional menjadikan warga lansia rentan terhadap ekses negatif dunia digital.
“Mereka gagal melindungi perangkat, data pribadi, dan privasi karena memang tidak memiliki kemampuan dan tidak ada pendampingan atau menjangkau mereka untuk meningkatkan kapasitasnya”, katanya.
“Ancaman penipuan, hoaks, dan hasutan kebencian juga ada di hadapan mereka. Sehingga kita membutuhkan program pemberdayaan lansia di dunia digital yang lebih komprehensif dan berkelanjutan”, katanya.
Berlatar dari hal tersebut, Gushevinalti mengatakan Mafindo memiliki program Tular Nalar Akademi Digital Lansia, bertujuan untuk membekali lansia agar cakap digital sehingga mampu menyaring informasi yang diperoleh, tidak mudah tertipu, dan mampu mengamankan data pribadi dengan baik.
Melalui program Akademi Digital Lansia, Lasia dibekali tips Perlindungan data pribadi. Sebab, untuk aman bermedia digital, lansia perlu melakukan perlindungan data pribadi agar terlindung dari kejahatan siber, penipuan digital dan risiko lainnya.
“Data pribadi yang perlu dijaga, seperti nama lengkap, tanggal lahir, nama ibu, nomot e-KTP/NIP, pin atm, kartu kredit dan lain-lain”, katanya.
Risiko jika data pribadi tidak terlindungi antara lain bisa menyebabkan pembobolan rekening bank, penyalahgunaan identitas untuk pinjaman online ilegal, penipan digital berkedok krisis keluarga, hadiah, pinjaman online, pemerasan online dan lain-lain.
Tips yang diajarkan fasilitator Mafindo kepada lansia agar terhindar dari penipuan hoaks antara lain jangan mudah percaya kalau mendapatkan informasi apapaun, selalu menyimak informasi secara seksama dan pelan-pelan.
“Yang paling penting lansia juga kritis terhadap informasi yang sudah disimak, lakukan cek fakta sederhana jika menemukan informasi yang meragukan”, katanya.
PIC Tular Nalar Akademi Digital Lansia Mafindo Wilayah Bengkulu, Hartanto M.I.Kom mengatakan dalam Akademi Digital Lansia, peserta juga dibekali dengan cara melakukan cek fakta langsung melalui aplikasi Kalimasada Mafindo, dengan mengirimkan pesan whatsapp 085921600500.
“Melalui aplikasi Kalimasada, lansia sudah bisa mengecek apakah informasi yang diperoleh salah atau benar”, katanya.
Perwakilan peserta mengaku sangat senang mendapatkan ilmu baru di Akademi Digital Lansia. Rata-rata lansia mengakui bahwa dirinya pernah menjadi korban atau percobaan penipuan digital. *