Ideologi Kepemimpinan dan Nalar Pembangunan

by redaksi redaksi
0 comment

Oleh: DEMPO XLER

Hak utama masyarakat dalam memilih pemimpin adalah memastikan ideologi pemimpinnya berpihak kepada kepentingan masyarakat umum.

Hal ini merupakan tanggungjawab yang pundamental karena pemimpin merupakan harapan besar masyarakat yang telah memilihnya untuk merubah kesejahteraan hidup secara merata.

Dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat, angka kemiskinan, kurangnya pendidikan dan rendahnya nilai ekonomi masyarakat, masih menjadi masalah utama dalam relasi kuasa kepemimpinan.

Hal tersebut, masih belum mampu mengubah wajah dan kebutuhan masyarakat, di tambah tingkat operasionalisasi pemerintah yang masih belum efektif. Sehingga sampai dengan hari ini, permasalahan tersebut menjadi topik hangat yang selalu dibicarakan.

Sebagai pemimpin, sudah seharusnya memiliki idiologi kuat yang harus dilaksanakan pada era kepemimpinannya. Hal ini bertujuan agar masyarakat yang dipimpinnya dapat merasakan keberpihakan dan mendapatkan manfaat secara luas dari pemimpin yang menjadi sandarannya, yang pada gilirannya akan membawa pada kepercayaan, tujuan kesejahteraan masyarakat dan percepatan kemajuan yang berkelanjutan.

Sebagai sebuah negara yang latar kehidupan masyarakatnya berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa dan mengedepankan Keadilan Sosial Nagi Seluruh Rakyat Indonesia, seorang pemimpin sangat perlu menguatkan kedua hal ini sebagai idiologi yang kokoh dan menjadikannya sebagai project pembangunan utama di dalam masyarakat. Tentu saja hal ini untuk mengembangkan suasana demokratis secara serentak agar tercipta “Intrinsic Motivation” yakni terciptanya dorongan dan semangat yang muncul dari masing-masing pribadi untuk menciptakan kultur saling memiliki kemandirian, kebersamaan dan kekeluargaan antara pemerintah dan masyarakat secara luas.

Penguatan idiologi ke-Tuhanan terhadap pemimpin ini bermaksud, “Agar terdapat diantara kamu, segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf (baik) dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran, 3: 104).

Karena itu, menjadi pemimpin itu adalah amanah. Amanah dalam tatanan bahasa dipahami sebagai “Sesuatu yang dipercayakan”, baik perorangan ataupun publik. Dalam amanah kekuasaan publik, pemberi kepercayaan terhadap kekuasaan adalah orang banyak. Karena itu, pemimpin akan bertanggungjawab kepada mereka dan kepada Allah nantinya.

Isyarat ini, termuat dalam hadist yang menyatakan, “Sesungguhnya jabatan itu suatu amanah dan jabatan itu pada hari kiamat merupakan penyesalan. Kecuali, bagi orang yang meraihnya dengan cara yang benar dan menunaikannya dengan cara yang benar pula” (HR. Muslim).

Dengan demikian, idiologi ke-Tuhanan, akan mampu memberikan kekuatan dalam menjalankan amanah publik yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan bersama yang lebih baik dan dalam menjalankan kekuasaan dengan penuh tanggung jawab.

Disisi lain, satu hal yang kemudian harus di kedepankan sebagai seorang pemimpin adalah memberikan ruang yang se-efektif mungkin yang mengakibatkan perubahan dalam kehidupan bermasyarakat.

Seorang pemimpin dituntut untuk mengeksplorasi secara utuh kondisi, sumber utama kebutuhan dan warna hegemonik masyarakatnya, agar dapat menerima culture, technology dan future shock pembangunan dengan keadaan yang selalu berubah yang akan menjadi nilai kesejahteraan dan kebangkitan status sosial dan menyentuh langsung di masyarakat. Terutama tentang perihal rendahnya pendidikan, rentannya angka kemiskinan dan renggangnya nilai ekonomis.

Kebutuhan ini menjadi sangat penting bagi pemimpin ke dapan agar kekuatan birokrasi yang di kendalikannya dalam melayani masyarakat mewarisi nalar yang terkonsepsi dan teroperasionalisasi kerja yang kuat dan betul-betul bersama masyarakat mewujudkan kemandirian dan keadilan sosial.

Indonesia dan seluruh wilayah yang menaunginya, memiliki potensi kekayaan yang tidak terhingga. Pastinya sangat mampu untuk memberikan ruang kesejahteraan yang tiada terhingga.

Sedangkan Bengkulu hari ini dan akan datang, adalah daerah yang memiliki komposisi teramat komplit untuk pembangunan yang maju dan berperadaban.

Seorang pemimpin, hendaknya mampu mengelola ini sebaik mungkin dengan mengedepankan keinginan besar dan bersama-sama untuk menjadi besar.

Eksistensi membangun perubahan untuk menjadi tumbuh dan kuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terletak pada jiwa kepemimpinan yang selalu bersama dan mengutamakan rakyat.

Substansinya, menjadikan rakyat sebagai energi utama (Panglima) dalam variasi pembangunan masa depan untuk merebut takdir peradaban Indonesia Emas (DX-02)

Penulis adalah Ketua Komisi I DPRD Provinsi Bengkulu.

You may also like

Leave a Comment