California – Mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI) mendapat undangan buka puasa di kediaman salah satu masyarakat Indonesia di Corona, Amerika Serikat. Undangan itu bermula ketika mahasiswa PKU-MI silaturrahim dengan pak Yahya, bakda salat Jum’at di Masjid Maryam beberapa hari lalu.
Pak Yahya sendiri adalah orang musim Indonesia yang tinggal bersama dengan keluarganya yang beragama Kristen di Amerika. Dia orang Manado yang keluarga besarnya sudah lama menetap di Amerika Serikat sejak tahun 1990-an. Sekalipun berbeda keyakinan, keluarga pak Yahya sangat harmonis. Mereka sangat menjunjung tinggi prinsip toleransi dan saling menghargai keyakinan masing-masing sama seperti slogan PKUMI “Moderat Mendunia”, terang Darlis Mahasiswa Penerima Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Dalam konteks ini, Pak Yahya mengundang mahasiswa PKU-MI untuk silaturrahim dengan keluarganya, sekaligus iftar bersama di hari ulang tahun kakaknya. Menjelang buka puasa, keluarga pak Yahya dan jamaat Kristen sedang ibadah syukuran. Di saat bersamaan, waktu iftar dan magrib pun sudah tiba. Akhirnya, rombongan PKUMI salat magrib di ruang sebelah, bersamaan saudara Kristen melaksanakan ritual ibadahnya. Ini sungguh cermin moderasi beragama yang sangat nyata, ungkap Muhammad Amri Mahasiswa Doktoral PKUMI-LPDP. 23/03/2024.
Pengalaman ini sangat langkah dan berarti bagi mahasiswa PKUMI dan juga saudara umat Kristiani. Dua ritual agama besar dipertemukan dalam satu tempa dan susana kekeluaragaan dan persaudaraan. Mahasiswa PKUMI tetap istiqamah dengan ajaran Islam dan juga umat Kristen tetap komitmen dengan keyakinannya. Dua ritual dan keyakinan yang berbeda tidak menghalangi silaturrahim. Mereka dipersatukan oleh nilai keindonesiaan dan kemanusiaan.
Pemandangan yang indah tersebut berlanjut pada makan bersama. Rombongan PKUMI sengaja duduk satu meja dengan Pendeta David yang umurnya sudah sangat sepuh. Beliau adalah pimpinan Jemaat Gereja Indonesia di Corona, Amerika Serikat. Di sela-sela itu, Pendeta David bercerita tentang perjalanan hidupnya sampai pengalaman spiritualnya menjadi pendeta. Ia juga menjelaskan konsep ketuhanan agama Kristen dan sejumlah ajaran fundamental seperti, kasih sayang, keadilan dan kesucian.
Pada momen itulah terjadi dialog dan tanya jawab dengan rombongan PKUMI soal keyakinan dalam suasana santai dan saling menghargai. Memang benar, ada titik perbedaan tentang konsep ketuhanan, tapi jauh lebih banyak titik persamaan di antara keduanya.
Pada intinya, keduanya menegaskan bahwa agama hadir untuk kemaslahatan manusia. Agama adalah tentang pengorbanan, tentang kasih sayang, dan tentang keadilan untuk semua. Baik rombongan PKUMI dan jamaat Kristen sepakat bahwa dialog lintas iman merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kehidupan harmonis dan peradaban dunia yang lebih humanis.
Darlis Mahasiswa Doktoral PKUMI-LPDP