Kawalnews.com – Menjadi bagian dari bangsa yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan golongan, membutuhkan kesadaran untuk saling menghargai dan hidup berdampingan. Dengan memahami setiap keberagaman, maka tidak akan merasa paling benar, dan menganggap kelompok yang lain salah. Sebab, sikap itu dapat memicu munculnya paham radikalisme.
Camat Pondok Kelapa, Bengkulu Tengah, Lismawati, S.ip mengatakan, radikalisme bertujuan mengklaim kebenaran beragama bagi kelompoknya sendiri, merasa paling paham dengan doktrin agama, merasa punya otoritas, hingga menghakimi kelompok yang berbeda agama.
“Intinya mengklaim mereka satu-satunya ajaran yang paling benar, hingga memperbolehkan bom dan pembantaian,” terang Camat Pondok Kelapa, Lismawati Kepada Awak Media,Senin (20/2/2023).
Ia menjelaskan secara rinci tentang paham radikalisme. Yaitu, tindakan melakukan perubahan secara cepat dan tidak mengindahkan aturan, dengan cara keras atau brutal.
Penyebab orang melakukan tindakan radikalisme, lanjutnya Lismawati, biasanya faktor kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan adanya rasa termarjinalkan. Hal ini memudahkan seseorang terkena paham radikalisme.
“Semakin orang berpendidikan akan semakin kritis, dan orang yang merasa terpinggirkan, tersisihkan, akan mudah terpengaruh,” ujarnya.
Camat Pondok Kelapa Tersebut berpesan kepada Warganya, untuk mencegah masuknya paham radikalisme diperlukan rasa persaudaraan antar masyarakat. Di antaranya meningkatkan rasa saling menghargai, mempererat persaudaraan, hingga menyosialisasikan tentang kewaspadaan terhadap radikalisme.
“Suku, ras, agama, budaya, dan adat istiadat merupakan kekayaan dan keberagaman dari bangsa Indonesia. Kita harus jaga serta hidup rukun berdampingan. Sinergitas antara TNI, Polri, pemerintah bersama masyarakat yang harus tetap kita laksanakan dan terus kita jaga,” kata Lismawati.
Ibu Camat itu juga berharap kewaspadaan dan penolakan terhadap paham radikalisme dapat turut disosialisasikan oleh para ulama dengan pendekatan yang humanis dan baik. Sebab, para ulama lebih didengar oleh jemaahnya.
“Generasi muda perlu pengertian mengenai paham radikalisme, sehingga tidak mudah terprovokasi dan dimasuki paham radikalisme yang keras,” tuturnya. (Red)