Penghujung Tahun 2019 Kemensos RI Layani Terapi PROGRESA

by redaksi redaksi
0 comment

Kawalnews.com – Tahun 2019, kementerian sosial (Kemensos) RI, melayani terapi, penguatan dukungan keluarga dan penguatan kapasitas anak melalui program rehabilitasi sosial anak (Progresa).

Di mana kegiatan tersebut melibatkan lembaga kesejahteraan sosial anak (LKSA) kota Bengkulu. Dengan mendapatkan pendampingan pekerja sosial (Peksos), yang bertugas untuk memberikan pelayanan dan pemantauan.

Satuan bakti pekerja sosial (sakti Peksos) Kemensos RI mencatat, tiga tahun terakhir kasus terhadap kekerasan anak meningkat. Di tahun 2016, 106 orang, tahun 2017, 120 orang, pada tahun 2018, 172 anak, tahun 2019, sebanyak 180 anak.

Anak yang menjadi korban kekerasan mengalami dampak luar biasa. Trauma psikologis, penolakan dari lingkungan sosial, gangguan kesehatan reproduksi. Bahkan, pengucilan sosial dalam keluarga, yang semakin membebani kondisi psikologis anak.

Terkait hal tersebut, kata Sakti Peksos Kemsos RI kota Bengkulu, Hilda Sriwanty, progresa bermitra LKSA rumah perlindungan sosial anak memberikan layanan terapi untuk 35 anak korban kekerasan dan keluarganya.

Terapi yang diberikan tersebut, sampai Hilda, berupa terapi mental spiritual dengan teknik spiritual emotional freedom technique (SEFT). Therapi ini diberikan sesuai kondisi psikologis anak dan keluarga.

Puluhan Anak Korban Kekerasan Diterapi. Foto Istimewa
Puluhan Anak Korban Kekerasan Diterapi. Foto Istimewa
Tidak hanya itu, pekerja sosial juga memberikan penguatan kapasitas dukungan keluarga, tentang cara pengasuhan anak yang mengalami kekerasan. Tujuannya, agar keluarga bisa memahami kondisi anak dan mendukung upaya pemulihan bagi anak.

”Pekerja sosial juga memberikan penguatan pengasuhan sosial bagi anak, berupa motivasi, leadership, pengembangan potensi agar menumbuhkan kepercayaan diri anak,” kata Hilda, Selasa (17/12/2019).

Kendala dalam pelayanan ini, terang Hilda, dukungan biaya kegiatan yang tidak bisa mengakomodasi pelaksanaan terapi dan penguatan dukungan keluarga secara berkesinambungan. Sehingga tidak dapat menjangkau semua anak korban kekerasan.

”Jika pemulihan tidak dilakukan dengan optimal maka dampak yang muncul, anak dan keluarga akan menyimpan trauma. Ini akan berpengaruh dalam tumbuh kembangnya menjadi pribadi yang agresif, tidak produktif, bahkan cenderung apatis dan berbuat perilaku menyimpang,” pungkas Hilda.(red)

You may also like

Leave a Comment