Jakarta, KNS-Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris menilai, dua kubu capres-cawapres dan tim sukses terperangkap pada kecenderungan saling serang dan menjatuhkan satu sama lain.
Menurut Syamsuddin, strategi saling serang dan menjatuhkan tak mendidik publik.
“Bagi saya, budaya saling serang ini bukan hanya tidak mendidik dan cenderung membodohi masyarakat, tapi juga buang-buang waktu dan energi,” kata Syamsuddin dilansir Kompas.com, Jumat (12/10/2018).
Syamsuddin mengatakan, seharusnya para paslon capres-cawapres dan tim sukses fokus pada adu gagasan, kebijakan alternatif terbaik sebagai solusi masalah bangsa ke depannya.
Ia mencontohkan, seperti kasus pembatalan kenaikan harga BBM bersubsidi jenis premium.
Menurut Syamsudin, seharusnya setiap pasangan dan timnya menawarkan suatu skema kebijakan yang konkret untuk mengatasi persoalan tersebut.
“Semestinya ada yang menawarkan skema kebijakan alternatif yang jitu untuk mengatasi fluktuasi harga BBM di masa mendatang, tentu saja di luar skema pemberian subsidi,” kata Syamsuddin.
Masa kampanye Pemilu 2019 masih akan berlangsung hingga 13 April 2019.
Kedua kubu sepakat untuk menjalankan kampanye yang sejuk.
Meskipun, beberapa kali terjadi saling adu argumentasi atas berbagai isu yang tengah menjadi perhatian publik. (aj/ http://www.tribunnews.com)